Gagasan kebudayaan nasional sebagai identitas nasional sudah dicetuskan sejak Sumpah Pemuda tahun 1928. Gagasan itu kemudian diikuti oleh seluruh pemuda berbagai daerah di Indonesia yang membulatkan tekad untuk menyatukan Indonesia dengan menyamakan pola pikir bahwa Indonesia memang berbeda budaya tiap daerahnya tetapi tetap dalam satu kesatuan Indonesia Raya dalam semboyan Bhineka Tunggal Ika. Kebudayaan sebagai identitas nasinal menunjukkan betapa kebudayaan adalah aspek yang sangat penting bagi suatu bangsa karena jelaslah bahwa kebudayaan juga merupakan jati diri dari bangsa itu sendiri.
Kebudayaan nasional bersumber pada puncak-puncak kebudayaan lokal atau kebudayaan daerah di seluruh Indonesia yang selaras dengan norma-norma berbangsa dan bernegara. Kebudayaan nasional adalah gabungan dari kebudayaan daerah yang ada di negara tersebut. Kebudayaan daerah adalah kebudayaan dalam wilayah atau daerah tertentu yang diwariskan secara turun temurun oleh generasi terdahulu pada generasi berikutnya pada ruang lingkup daerah tersebut. Budaya daerah ini muncul saat penduduk suatu daerah telah memiliki pola pikir dan kehidupan sosial yang sama sehingga itu menjadi suatu kebiasaan yang membedakan mereka dengan penduduk-penduduk yang lain. Budaya daerah mulai terlihat berkembang di Indonesia pada zaman kerajaan-kerajaan terdahulu. Hal itu dapat dilihat dari cara hidup dan interaksi sosial yang dilakukan masing-masing masyarakat kerajaan di Indonesia yang berbeda satu sama lain.[1]
Kebudayaan nasional Indonesia secara hakiki terdiri dari semua budaya yang terdapat dalam wilayah Republik Indonesia. Tanpa budaya-budaya itu tak ada kebudayaan nasional. Itu tidak berarti kebudayaan nasional sekadar penjumlahan semua budaya lokal di seantero Nusantara. Kebudayan nasional merupakan realitas, karena kesatuan nasional merupakan realitas. Kebudayaan nasional akan mantap apabila di satu pihak budaya-budaya Nusantara asli tetap mantap, dan di lain pihak kehidupan nasional dapat dihayati sebagai bermakna oleh seluruh warga masyarakat Indonesia.
Indonesia memiliki ratusan kelompok etnis. Tiap etnis memiliki budaya yang berkembang selama berabad-abad, dipengaruhi oleh kebudayaan India, Arab, Cina, dan Eropa, termasuklah kebudayaan sendiri yaitu Melayu. Contohnya tarian Jawa dan Bali tradisional memiliki aspek budaya dan mitologi Hindu, seperti wayang kulit yang menampilkan kisah-kisah tentang kejadian mitologis Hindu Ramayana dan Baratayuda. Banyak juga seni tari yang berisikan nilai-nilai Islam. Beberapa di antaranya dapat ditemukan di daerah Sumatera seperti tari Ratéb Meuseukat dan tari Seudati dari Aceh.
Secara graris besar khazanah kekayaan atau artefak budaya tradisional Indonesia dapat dikelompokkan ke dalam, tarian, ritual, ornamen, motif kain, alat musik, cerita rakyat, seni pertunjukan, produk arsitektur, permainan tradisional, senjata dan alat perang, naskah kuno dan prasasti dan tata cara pengobatan dan pemeliharaan kesehatan.
Dengan keanekaragaman kebudayaannya Indonesia dapat dikatakan mempunyai keunggulan dibandingkan dengan negara lainnya. Indonesia mempunyai potret kebudayaan yang lengkap dan bervariasi. . Indonesia adalah satu-satunya negeri dengan kekayaan alam terlengkap di dunia. Indonesia dapat kita ibaratkan sebagai seorang primadona yang menjadi rebutan para pengagumnya. Mereka melakukan apapun juga untuk merebutnya, meskipun dengan cara-cara yang memalukan dan vulgar seperti pencurian kekayaan budaya, mematenkan, atau menggunakan secara komersial.
Berikut ini adalah daftar artefak budaya Indonesia yang diduga dicuri, dipatenkan, diklaim, dan atau dieksploitasi secara komersial oleh korporasi asing, oknum warga negara asing, ataupun pemerintah negara lain:
Tabel 1. Daftar Artefak Budaya Indonesia
No | Nama Artefak Budaya | Daerah Asal | Pelaku |
1 | Batik | Jawa | Produsen sepatu Adidas |
2 | Naskah Kuno | Riau | Pemerintah Malaysia |
3 | Naskah Kuno | Sumatera Barat | Pemerintah Malaysia |
4 | Naskah Kuno | Sulawesi Selatan | Pemerintah Malaysia |
5 | Naskah Kuno | Sulawesi Tenggara | Pemerintah Malaysia |
6 | Rendang | Sumatera Barat | Oknum WN Malaysia |
7 | Sambal Bajak | Jawa Tengah | Oknum WN Belanda |
8 | Sambal Petai | Riau | Oknum WN Belanda |
9 | Sambal Nanas | Riau | Oknum WN Belanda |
10 | Tempe | Jawa | Beberapa Perusahaan Asing |
11 | Lagu Rasa Sayang Sayange | Maluku | Pemerintah Malaysia |
12 | Tari Reog Ponorogo | Jawa Timur | Pemerintah Malaysia |
13 | Lagu Soleram | Riau | Pemerintah Malaysia |
14 | Lagu Injit-injit Semut | Jambi | Pemerintah Malaysia |
15 | Alat Musik Gamelan | Jawa | Pemerintah Malaysia |
16 | Tari Kuda Lumping | Jawa Timur | Pemerintah Malaysia |
17 | Tari Piring | Sumatera Barat | Pemerintah Malaysia |
18 | Lagu Kakak Tua | Maluku | Pemerintah Malaysia |
19 | Lagu Anak Kambing Saya | dari Nusa Tenggara | Pemerintah Malaysia |
20 | Kursi Taman Dengan Ornamen Ukir Khas Jepara | Jawa Tengah | Oknum WN Perancis |
21 | Pigura Dengan Ornamen Ukir Khas Jepara | Jawa Tengah | Oknum WN Inggris |
22 | Motif Batik Parang | Yogyakarta | Pemerintah Malaysia |
23 | Desain Kerajinan Perak Desak Suwarti | Bali | Oknum WN Amerika |
24 | Produk Berbahan Rempah-rempah dan Tanaman Obat | Asli Indonesia | Shiseido Co Ltd |
25 | Badik Tumbuk Lada | - | Pemerintah Malaysia |
26 | Kopi Gayo | Aceh | perusahaan multinasional (MNC) Belanda |
27 | Kopi T oraja | Sulawesi Selatan | perusahaan Jepang |
28 | Musik Indang Sungai Garinggiang | Sumatera Barat | Pemerintah Malaysia |
29 | Kain Ulos | - | Pemerintah Malaysia |
30 | Alat Musik Angklung | Jawa Barat | Pemerintah Malaysia |
31 | Lagu Jali-Jali | - | Pemerintah Malaysia |
32 | Tari Pendet | Bali | Pemerintah Malaysia |
Semakin banyaknya khasanah budaya bangsa yang hilang ternyata lebih banyak berujung pada kelalaian kita dalam menyikapi sekaligus mengelola kekayaan itu. Kita memiliki kemampuan yang tidak imbang akibat lemahnya semangat dan penghargaan terhadap budaya sementara bangsa lain lebih memiliki kesadaran yang juga diwujudkan dalam tindakan nyata mereka. Akhirnya, kita terluka dan malu, karena kita sadar sebagai pemilik kebudayaan itu, kita tidak memperhatikannya. Selama ini kebudayaan selalu dipinggirkan pemerintah dan masyarakat tak lagi peduli. Ketidakpedulian warga negara Indonesia terhadap kebudayaannya itupun yang membuat seluruh bangsa ini tergopoh-gopoh melakukan pendataan kesenian asli Indonesia, ketika ada klaim dari negara lain. Menyaksikan klaim negara lain, kita marah, tetapi setelah itu kita tidak pernah menanganinya secara baik. Akhirnya, secara perlahan-lahan kebudayaan bangsa ini justru punah.
Salah satu dimensi yang tidak bisa diabaikan dalam upaya mengusung kembali khasanah identitas budaya bangsa adalah dunia pendidikan. Karena ancaman globalisasi yang paling mendasar adalah globalisasi budaya yang berdampingan dengan globalisasi ekonomi, maka strategi yang harus diutamakan adalah strategi budaya yang berbasis penguatan pendidikan. Sumberdaya manusia yang peka terhadap identitas budaya, serta berdaya saing tiggi juga berwawasan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi, dibangun melalui pendidikan.
Pendidikan, baik formal maupun non-formal adalah bagian dari kebudayaan dan kebudayaan adalah sistem nilai yang kita hayati. Dalam pandangan Daoed Joesoef kegiatan pendidikan adalah kegiatan budaya. Melalui pendidikan yang sudah diperbarui ini, masyarakat dibantu untuk tidak hanya menjadi sekadar pendukung budaya tetapi lebih-lebih berperan sebagai pengembang budaya. Dalam hubungannya dengan meneguhkan identitas kebudayaan, pendidikan merupakan wahana sentral dalam menerjemahkan gagasan tersebut menjadi kenyataan perilaku yang semakin menguat dalam masyarakat, terutama pada generasi muda.
created by Husamah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar